“Pacaran” adalah suatu kata yang tidak asing lagi kita dengar di
kalangan remaja. Sebetulnya apa yang disebut dengan “pacaran” itu?
Betulkah di dalam Islam ada yang namanya pacaran?
Pacaran diartikan sebagai suatu tali kasih sayang yang terjalin atas
dasar saling menyukai antara lawan jenis. Apabila kita lihat secara
sepintas dari definisi diatas mungkin dapat disimpulkan bahwa pacaran
itu merupakan suatu yang wajar dilakukan dikalangan remaja. Padahal
apabila kita tinjau dari sudut agama Islam, dalam Al-Qur’an dan
Al-Hadits ternyata tidak ada satu kalimatpun yang menjelaskan tentang
pacaran.
Dalam Islam hanya ada khitbah (tunangan). Tapi khan tidak mungkin
kita tunangan tanpa mengenal pribadi calon kita?. Tidak seperti itu,
sebelum terjadi khitbah, di dalam Islam dianjurkan untuk berta’aruf
(berkenalan) itupun kalau seandainya kita siap untuk nikah. Sebenarnya
rugi kalau seandainya pacar kita itu bukan jodoh yang Allah SWT
takdirkan untuk kita. Padahal kita sudah berkorban.
Sedikit kisah di zaman dulu, hidup seorang lelaki yang mencari cinta,
namanya Arjuna. Saking ngebetnya, gunung tertinggi didaki, isi bumi
dijelajahi, lautan pun diarungi, cuma untuk mencari tempat berlabuh,
yaitu wanita. Gilee beneer… Nih Arjuna, kagak peduli gunung, bumi,
lautan, alam semesta ini punya siapa, maen grasak-grusuk aja! Di setiap
tempat Arjuna berkata, “Wahai wanita, cintailah aku.” Ih… nih anak,
malu-maluin ya! Masa’ sih sampe’ gitu-gitu banget, ya…namanya juga
pencari cinta!
Di kisah yang lain, seorang laki-laki yang bernama Ibrahim pun mencari
cinta. Saat malam mulai menyapa alam, tampak sebuah bintang, tak lama
kemudian sang bintang pun tenggelam. “Aku tak menyukai yang tenggelam,”
kata Ibrahim. Beberapa saat kemudian, terbitlah sang rembulan, bersinar
indah penuh kelembutan. Namun, bulan pun hanya sesaat, tersipu malu
dengan keindahannya. Semburat cahaya subuh pun menyeruak kegelapan,
kokok ayam jantan membelah tetesan embun pagi, tak lama keperkasaan
mentari mewayungi jagat raya ini, “Inikah dia yang kucari?” tanya beliau
pula. Bukan…bukan itu, karena mentari pun bersujud, lalu merunduk
sembunyi.
Kisah di atas adalah gambaran dari dua manusia si pencari cinta. Di
dunia ini, betapa banyak orang-orang yang mencari cinta. Namun jelas ada
bedanya disini, antara laki-laki yang bernama Arjuna dengan Ibrahim
a.s., yang namanya termaktub indah di lembaran suci Al Qur’an. Arjuna
mencari cintanya tanpa tedeng aling-aling, gak peduli sana-sini,
jumpalitan, cuma mencari cinta wanita. Emangnya salah si Arjuna, karena
mencari cinta? Ih…jangan protes dulu dong, emang sih fitrah manusia itu
ya pasti merasakan cinta
“Dijadikan indah pada(pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang
diinginkan, yaitu wanita-wanita,anak-anak, harta yang banyak dari jenis
emas , perak, kuda pilihan, binatng-binatang ternak, dan sawah ladang.
Itulah kesenangan hidup didunia, dan disisi Alloh-lah tempat kembali
yang baik (surga)”(QS Al Imran: 14). Tapi apa iya harus seperti itu?
Masa’ sih akal, nalar dan fikiran sampe’ gak jalan, bahkan hingga
melebihi cinta-Nya! Waduh…
Padahal banyak kisah cinta sejati di dunia ini lho, salah satunya
adalah cinta Ibrahim yang tak pernah pudar, setelah ia mengenal dan
mengetahui siapa yang patut menerima cintanya. Beliau mengenal, dan
kemudian sayang, lantas jatuh hati kepada Sang Pencipta. Karena itu yang
dicintai pun berkenan menyambut cintanya, bahkan menjadikannya sebagai
khalilullah [QS An Nisaa': 125].
Cinta disini bukan cinta yang penuh kepalsuan, emosi apalagi birahi,
namun cinta laksana mutiara yang memancarkan cintanya pada Rabb seluruh
jagat raya ini, mengaliri denyut nadi, helaan nafas serta aliran butir
darah untuk tunduk dan patuh pada perintah-Nya. Cinta ini mestinya
menempati prioritas utama pada diri seorang muslim, yakni cinta kepada
Allah SWT, Rasul dan jihad di jalan-Nya. Inilah cinta hakiki!
Untuk itu, marilah kita sama-sama untuk menghindari yang namanya
pacaran itu. Karena kasih sayang tidak harus diungkapkan kepada
seseorang saja, tetapi kepada siapa saja. Apabila kita melakukan suatu
perbuatan yang dilarang oleh agama, maka kita akan berdosa. Begitu juga
pacaran, apabila kita melakukan apa yang disebut dengan pacaran, maka
kita akan berdosa pula. Na’udzubillaahi min dzalik.
Untuk menghindari semua itu ada beberapa tips antara lain :
1. Menundukan pandangan.
“Firman Allah dalam QS An-Nuur : 31 mewajibkan kita untuk menundukkan
pandangan. Sabda Rasul : “Pandangan itu merupakan salah satu panah
iblis.”
2. Jangan berduaan dengan lawan jenis.
“Janganlah kamu pergi berduaan dengan lawan jenismu, sebab yang ketiganya adalah setan.”
3. Memperbanyak shaum sunat
Hal ini dimaksudkan agar kita selalu dapat menjaga pandangan dan menahan hawa nafsu.
Cobalah tiada lain suatu amalan yang dicintai Allah, sesungguhnya
Allah akan jauh lebih mencintai kita. Carilah amalan yang disukai Allah,
setelah kita tahu bahwa dalam Islam tidak ada yang namanya pacaran,
cobalah untuk membatasi diri dalam hal itu. Ingatlah bahwa jangankan
berpacaran, mendekatinya saja kita sudah tidak boleh. Firman Allah
“Janganlah kamu dekati zina”.
Kita tidak bisa menjaga pandangan dari yang tidak halal berarti kita
sudah zina mata. Begitupun dengan pendengaran, pembicaraan, hati, bila
tidak kita jaga dari perbuatan yang mendekati zina, berarti kita sudah
berzina. Na’udzubillaahi min dzalik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar